Hallo semua,
Ibo Is back, dan gue mau sedikit membagikan apa yang gue liat dari awal gue sampe bandung sampe sekarang yang ngebuat gue akhirnya masuk buat nyari tau lebih dalam.
Gue tuh suka jalan dan menikmati keindahan kota kembang yang di kenal dengan Paris Van Java ini, selain udaranya segar dan sejuk, gak macet pula. Pokoknya sangat bertolak belakang sama Jakarta kota kelahiran gue.
Sebenernya sih alesan utama gue pindah bandung selain karena kesejukan udara dan traffic nya yg ga begitu parah ya karena Bandung banyak mojang geulisnya kiuuuuwww kiuuuwww. Gue gamau munafik disini karena gue normal dan salah satu penikmat dalam bidang ini hahaha.
Ok back to the topic, udah jadi rahasia umum kalo kota ini tuh banyak cewek cantik nya tapi hal ini juga yang ngebuat gue ngeliat kesisi yang lebih dalam dan dari sudut pandang yang berbeda.
Banyak hal yang sangat menonjol dikota mode tempat saya berkuliah ini. Bandung memang surga nya kuliner enak yang terkenal sampai penjuru Indonesia, dan dikenal sebagai kota fashion di Indonesia sehingga sebutan “Paris Van Java” sangat cocok untuk kota yang beriklim dingin ini.
Tapi bukan hanya kuliner dan pakaian beserta fashion nan kreatif saja yang menjadi daya tarik bandung. Hal yang menjadi daya tarik dari kota bandung adalah paras cantik para mojang nya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para mojang parahyangan dikota kembang ini menjadi bandung semakin menarik untuk dikunjungi untuk sekedar melepas penat dari hiruk pikuk nya ibu kota.
Gue pernah melakukan perjalan ke SMP, SMA dan Rumah Sakit di kota Bandung untuk melakukan wawancara tentang ekonomi kota kembang. Dan hasilnya sangat mencengangkan, karena untuk masalah pendidikan saja banyak sekolah negri disini yang untuk uang masuknya bisa sampai puluhan juta rupiah! Sangat mencengangkan apabila dibandingkan dengan Jakarta yang notabene selaku Ibu kota. Belum lagi dari masalah rumah sakit yang pelayanan nya banyak berat sebelah hanya pada "yang punya duit" saja. Dari perjalanan gue ini guye bisa narik kesimpulan kalau hal ini bisa jadi titik awal yang berkaitan dengan banyaknya 'ayam berseragam' di Bandung.
Bandung seakan menjanjikan kesenangan fantasy para pria hidung belang untuk menikmati gadis muda berseragam putih abu-abu.
Sebenernya saya sedikit penasaran akan rahasia yang sudah di ketahui oleh khalayak luas ini, akan tetapi saya tidak pernah menemukan bukti konkret tentang hal ini sampai akhirnya saya pas mendapat tugas peliputan tentang pergaulan remaja di kota kembang.
Dan apa yang saya dapati dilapangan membuat saya sedikit kaget. Hal ini dikarenakan para mojang Bandung ini tidak ada lagi rasa malu atau tabu dalam mengakui tentang kegiatan intim mereka, bahkan ini lebih terbuka dibandingkan dengan apa yang gua dapatkan saat mencari berita yang serupa di Jakarta sekalipun.
Mereka merasa free sex, drugs, cigarette, and alcohol sudah menjadi lifestyle yang lumrah di kota ini, sehingga mereka sudah lagi ada perasaan malu atau rasa ingin menutupi hal yang untuk sebagian orang dianggap aib ini. Mereka pun merasa kehidupan dunia malam seperti dugem adalah proses pencarian jati diri yang wajib dilakukan bagi para pemuda pemudi disini dan free sex dianggap sebagai perlambangan rasa sayang dan cinta kasih dua insan.
Maka tidak lah aneh jika hasil data sensus kesehatan tahun 2010 menyatakan hampir 90% lebih para gadis di bandung sudah kehilangan keperawanan nya, bahkan sampai ke tingkat sekolah dasar (SD).
Informasi yang saya terima dari seseorang yang bekerja sebagai mucikari di saritrem pun mengatakan bahwa kebanyakan pelacur disana adalah anak-anak SMA negri maupun swasta di kota bandung yang masih berstatus pelajar dan tak sedikit pula yang berumur dibawah 17 tahun.
Hal ini sungguh menggelitik kita, kemana sebenarnya peran pemerintah dalam mengendalikan kebobrokan moral yang terjadi. Pihak keaman yang seharusnya menciduk para PSK dan Mucikari nya, malah “pasang badan” untuk menjaga di depan gang-gang saritem.
Kalau sudah seperti ini siapa yang mesti disalahkan? Para pelajar SMA dan orang yang kesulitan ekonomi sampai harus menjadi PSK dan pelacur atau para pejabat daerah yang menyatakan “Bandung Bermartabat” ?
Ibo Is back, dan gue mau sedikit membagikan apa yang gue liat dari awal gue sampe bandung sampe sekarang yang ngebuat gue akhirnya masuk buat nyari tau lebih dalam.
Gue tuh suka jalan dan menikmati keindahan kota kembang yang di kenal dengan Paris Van Java ini, selain udaranya segar dan sejuk, gak macet pula. Pokoknya sangat bertolak belakang sama Jakarta kota kelahiran gue.
Sebenernya sih alesan utama gue pindah bandung selain karena kesejukan udara dan traffic nya yg ga begitu parah ya karena Bandung banyak mojang geulisnya kiuuuuwww kiuuuwww. Gue gamau munafik disini karena gue normal dan salah satu penikmat dalam bidang ini hahaha.
Ok back to the topic, udah jadi rahasia umum kalo kota ini tuh banyak cewek cantik nya tapi hal ini juga yang ngebuat gue ngeliat kesisi yang lebih dalam dan dari sudut pandang yang berbeda.
Banyak hal yang sangat menonjol dikota mode tempat saya berkuliah ini. Bandung memang surga nya kuliner enak yang terkenal sampai penjuru Indonesia, dan dikenal sebagai kota fashion di Indonesia sehingga sebutan “Paris Van Java” sangat cocok untuk kota yang beriklim dingin ini.
Tapi bukan hanya kuliner dan pakaian beserta fashion nan kreatif saja yang menjadi daya tarik bandung. Hal yang menjadi daya tarik dari kota bandung adalah paras cantik para mojang nya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para mojang parahyangan dikota kembang ini menjadi bandung semakin menarik untuk dikunjungi untuk sekedar melepas penat dari hiruk pikuk nya ibu kota.
Gue pernah melakukan perjalan ke SMP, SMA dan Rumah Sakit di kota Bandung untuk melakukan wawancara tentang ekonomi kota kembang. Dan hasilnya sangat mencengangkan, karena untuk masalah pendidikan saja banyak sekolah negri disini yang untuk uang masuknya bisa sampai puluhan juta rupiah! Sangat mencengangkan apabila dibandingkan dengan Jakarta yang notabene selaku Ibu kota. Belum lagi dari masalah rumah sakit yang pelayanan nya banyak berat sebelah hanya pada "yang punya duit" saja. Dari perjalanan gue ini guye bisa narik kesimpulan kalau hal ini bisa jadi titik awal yang berkaitan dengan banyaknya 'ayam berseragam' di Bandung.
Bandung seakan menjanjikan kesenangan fantasy para pria hidung belang untuk menikmati gadis muda berseragam putih abu-abu.
Sebenernya saya sedikit penasaran akan rahasia yang sudah di ketahui oleh khalayak luas ini, akan tetapi saya tidak pernah menemukan bukti konkret tentang hal ini sampai akhirnya saya pas mendapat tugas peliputan tentang pergaulan remaja di kota kembang.
Dan apa yang saya dapati dilapangan membuat saya sedikit kaget. Hal ini dikarenakan para mojang Bandung ini tidak ada lagi rasa malu atau tabu dalam mengakui tentang kegiatan intim mereka, bahkan ini lebih terbuka dibandingkan dengan apa yang gua dapatkan saat mencari berita yang serupa di Jakarta sekalipun.
Mereka merasa free sex, drugs, cigarette, and alcohol sudah menjadi lifestyle yang lumrah di kota ini, sehingga mereka sudah lagi ada perasaan malu atau rasa ingin menutupi hal yang untuk sebagian orang dianggap aib ini. Mereka pun merasa kehidupan dunia malam seperti dugem adalah proses pencarian jati diri yang wajib dilakukan bagi para pemuda pemudi disini dan free sex dianggap sebagai perlambangan rasa sayang dan cinta kasih dua insan.
Maka tidak lah aneh jika hasil data sensus kesehatan tahun 2010 menyatakan hampir 90% lebih para gadis di bandung sudah kehilangan keperawanan nya, bahkan sampai ke tingkat sekolah dasar (SD).
Informasi yang saya terima dari seseorang yang bekerja sebagai mucikari di saritrem pun mengatakan bahwa kebanyakan pelacur disana adalah anak-anak SMA negri maupun swasta di kota bandung yang masih berstatus pelajar dan tak sedikit pula yang berumur dibawah 17 tahun.
Hal ini sungguh menggelitik kita, kemana sebenarnya peran pemerintah dalam mengendalikan kebobrokan moral yang terjadi. Pihak keaman yang seharusnya menciduk para PSK dan Mucikari nya, malah “pasang badan” untuk menjaga di depan gang-gang saritem.
Kalau sudah seperti ini siapa yang mesti disalahkan? Para pelajar SMA dan orang yang kesulitan ekonomi sampai harus menjadi PSK dan pelacur atau para pejabat daerah yang menyatakan “Bandung Bermartabat” ?
Vicky Biwantha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar